This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 22 Mei 2013

Cara membuat foto jurnalistik yang baik dan benar.


Cara membuat foto jurnalistik yang baik dan benar.

FOTO JURNALISTIK YANG BAIK HARUS MENGANDUNG EDFAT DAN 5w (What,where,who,when,why)

Dalam foto jurnalistik harus mengandung 5w 

5w yaitu what, when,where,who,why

-What Apa sie yang kita photo.?
-When Kapan sie foto ini diambil.?
-Where Dimana sie foto ini diambil.?
-Who Siapa sie yang kita potrait.?
-Why Kenapa sie harus photo objek ini.?

Sekilas semacam itulah foto essay jurnalistik yang bagus dan benar harus mengandung dua teori ini EDFAT dan 5w jadi yang ngelihat foto kita tanpa melihat caption kita mereka sudah bisa menyimpulkan apa maksud foto kita.


Edfat adalah singkatan dari Entire, Detail, Framing, Angle, Time.

Entire adalah keseluruhan Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan objek pemotretan yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang penegasan tempat, dan sebagai kerangka foto kita untuk jenjang pemotretan berikutnya.

Detail adalah detail foto Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’

Framing adalah framming detail (komposisi) Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini. 
Seperti : foto dalam bentuk Horizontal dan Vertikal

Angle adalah sudut pandang Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. Seperti eye engle, low engle dan high engle.


Time adalah waktu Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan dan bisa juga diartikan tamming saat memotret atau bisa disebut diamana kita dapat menentukan moment atau waktu yang tepat untuk memotret.
'
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA POSTINGAN SAYA KLU ADA YANG KURANG PAS DALAM PENULISAN MOHON DIBENARKAN YA. terima kasih SALAM ART.

Tutorial membuat foto slow speed

Kali ini saya akan membahas tentang cara membuat foto slow speed beserta gambarnya.

foto slow speed menggunakan shufter speed rendah dan mengunkan diafragma f besar, gunanya mengunakan f besar karena agar shufter speed bisa mengunak shufter speed yang sangat rendah agar dapat merekam semua gerak gambar.

foto slow speed memberikan efek lembut pada air seperti kapas. teknik ini biasa digunakan untuk light painting, landscape dll.

contoh gambar.


Tips" yang perlu diperhatikan adalah jangan lupa membawa lap lensa
jangan lupa membawa tripod
gunakan shufter speed terendah
jangan lupa mengunakn filter nd, filter nd berfungsi untuk menurunkan beberapa stop pada matering.

Tokoh photography jurnaListik


BIOGRAFI ROSIHAN ANWAR (seorang tokoh jurnalistik indonesia)



Bidang jurnalistik yang digelutinya benar-benar dimulai dari bawah. Meskipun korannya dibredel oleh Presiden Soekarno dan Soeharto, ia tak pernah berhenti menulis. Rosihan Anwar boleh dibilang legenda hidup pers Indonesia. Karena itu tak heran jika ia mendapat penghargaan Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan.
Penghargaan itu diterima Rosihan di hari ulang tahun ke-40 Kompas. Menurut Aida, anaknya, desas-desus mengenai penghargaan itu sebenarnya sudah lama didengar ayahnya. Tapi, kata Aida, “Bapak sih biasa saja.”

Memang seperti itulah adanya Rosihan. Bagaimana pun, ia dinilai konsisten dalam berkarya sebagai wartawan. Karier di bidang jurnalistik ditekuninya dari bawah sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Tulisan terbaru pria kelahiran Kubang Nan Dua (Sumatera Barat), 10 Mei 1922, itu yang dimuat harian Kompas pada 9 April 2005 adalah laporan kunjungannya dari Afrika Selatan. Tulisan in memoriam terbarunya adalah Mengenang 100 Tahun Adinegoro yang dimuat 14 Agustus 2004. Kalau buku, sudah sekitar 30 jumlahnya. Yang baru, misalnya Sejarah Kecil, Petite Histoire Indonesia, terbitan Penerbit Buku Kompas, Juni 2004.

Bidang jurnalistik yang digelutinya benar-benar dimulai dari bawah, sebagai reporter surat kabar Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman. Meskipun dibredel oleh Presiden Soekarno dan Soeharto, Rosihan tak pernah berhenti menulis.

Pertimbangan lain dari pemberian anugerah itu adalah karena Rosihan seorang wartawan yang bersungguh-sungguh mencari fakta. Ia membingkai fakta itu dalam satu pikiran. Ia menuliskannya dengan teknik penutur kisah tradisional, seperti orang berkabar dengan segala sesuatu dilakukan secara santai, enak, dan ringan. Namun tidak serta-merta menjadi dangkal.

Selain kepuasan telah memimpin surat kabar Pedoman, Rosihan merasa pencapaian tingginya adalah ikut membesarkan Kompas. Salah satu yang memberi kepuasan kepadanya adalah ketika sekitar tahun 1966 ia diminta salah seorang pendiri Kompas, PK Ojong, menulis peta bumi politik. Waktu itu adalah zaman dualisme Soekarno-Soeharto sehingga orang ingin tahu perkembangan politik.

Cara menulisnya cukup unik, yaitu menulis nomor di setiap fakta, menjadi semacam memo reportase. Antara nomor satu dan dua kadang-kadang tak ada hubungan. Namun fakta itu dibeberkan menjadi mosaik peta bumi politik. 

“Saya anggap itu pencapaian yang baik. Banyak orang bertanya kepada saya, kenapa dikasih nomor, karena saya menulis reportase. Karena tidak bertele-tele, orang bisa menguji fakta dan analisis saya,” katanya.

Sistem kartu
Pencapaian lain yang dinilai memuaskannya adalah ketika menulis serial reportase kunjungan Perdana Menteri Uni Soviet Nikita Khrushchev tahun 1960. Ia mengikuti kunjungan Khrushchev itu di Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Maluku selama dua minggu. Ia tahu kantor berita telah menulis fakta. Maka ia menulis kisah di balik fakta dan warna-warnanya, misalnya Bung Karno yang berdansa di Istana Tampak Siring. Ia memberi judul Safari Nikita. Orang pun senang membacanya karena disajikan dengan storytelling (bercerita).

Sampai sekarang, Rosihan masih rajin membaca buku. Yang lagi diminatinya sekarang adalah buku setebal 1.200-an halaman karya wartawan Belanda Geert Mak berjudul In Europa, reizen door de twintigste eeuw (Di Eropa, Berjalan-jalan Selama Abad 20). Ia tidak bisa berhenti membacanya karena menarik. Kalimatnya pendek dan bergaya soundbite (kutipan-kutipan pendek yang penting dan menarik).

Banyak orang mengira Rosihan hebat karena bisa mengingat berbagai detail peristiwa berpuluh tahun lalu ketika menulis in memoriam. Padahal, menurut dia, detail itu bisa muncul karena dibantu pengetahuan karena membaca buku dan rajin membuat catatan berbagai hal dalam kartu. Sistem kartu itu ditiru dari Soedjatmoko yang baru pulang dari Cornel University, Amerika Serikat, berpuluh tahun lalu. Dalam kartu yang sudah tampak menguning itu, ia mencatat kutipan-kutipan penting dari berbagai buku dan majalah tentang berbagai hal menarik.

Baru-baru ini, ketika Roeslan Abdulgani meninggal dunia, ia sempat berpikir apa yang baru dari tokoh ini untuk ditulis in memoriam-nya karena sudah pernah ditulisnya saat Roeslan berusia 90 tahun pada 24 November 2004.

Dalam perkembangan zaman, segalanya telah berubah. Teknologi informasi telah demikian maju sehingga wartawan sekarang sebetulnya sudah lebih mudah bekerja. Fenomena tabloidisme sudah tidak bisa terhindarkan karena pengaruh televisi. Tulisan-tulisan harus pendek, tetapi tetap berisi.

Kalau di televisi ada soundbite, maka itu sekarang ditransfer ke koran. Untuk kedalamannya, ia mesti berusaha jangan terlalu multifokus, ujar suami Siti Zuraida Sanawi dengan tiga anak itu.

Berbeda dengan ketika memutuskan menjadi wartawan tahun 1943 yang idealisme untuk memerdekakan rakyat lebih menonjol, Rosihan dapat memaklumi jika perkembangan pers dewasa ini lebih memenuhi kebutuhan bisnis.

Mencermati tulisan-tulisan wartawan muda masa kini, Rosihan secara umum merasa tak puas. Banyak yang tidak menarik baginya. Betapa ruwetnya tulisan dan ada rasa ingin pamer dari si penulis. Harus dikuasai dulu materinya dengan membaca buku, nanti keluarnya mudah. Kalau tidak perlu betul, tak usah pakai bahasa Inggris, kata alumnus Algemeene Middlebare School Bagian A II Yogyakarta tahun 1942 itu.

Dari pergaulannya dengan orang-orang sosialis seperti Sjahrir pada zaman revolusi, ia mengenal faham sosialisme demokrat, yang intinya wartawan harus berjuang menegakkan martabat manusia (human dignity). Kalau saya retrospeksi ke belakang, pers sekarang sudah berubah menjadi bisnis. Wartawan menjadi buruh, ujarnya.

Meskipun demikian, menurut Rosihan, tak berarti pers sekarang tak punya idealisme karena kalau tak ada idealisme wartawan cuma buruh intelektual.
Rosihan berharap, wartawan sekarang mencari kepuasan bekerja, walaupun dia cuma bagian dari pabrik besar. Namun, tetap tidak melupakan sejarah dan tradisi pers Indonesia, yaitu mesti selalu tampil membela wong cilik.

PORTOFOLIO JURNALISTIK saya semoga bisa jadi referensi teman".






dalam foto jurnalistik harus ada 5w mau tahu.? mari baca postionganya.

Dalam foto jurnalistik harus mengandung 5w 

5w yaitu what, when,where,who,why

-What Apa sie yang kita photo.?
-When Kapan sie foto ini diambil.?
-Where Dimana sie foto ini diambil.?
-Who Siapa sie yang kita potrait.?
-Why Kenapa sie harus photo objek ini.?

Sekilas semacam itulah foto essay jurnalistik yang bagus dan benar harus mengandung dua teori ini EDFAT dan 5w jadi yang ngelihat foto kita tanpa melihat caption kita mereka sudah bisa menyimpulkan apa maksud foto kita.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA POSTINGAN SAYA KLU ADA YANG KURA PAS DALAM PENULISAN MOHON DIBENARKAN YA. terima kasih SALAM ART.

APA EDFAT itu>? ingin tahu ayuk baca postinganya.

Mari sobat saya kali ini akan menjelaskan tentang edfat secara singkat,jelas dan mudah dipahami.


Edfat adalah singkatan dari Entire, Detail, Framing, Angle, Time.

Entire adalah keseluruhan Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan objek pemotretan yang dilakukan untuk memberikan informasi tentang penegasan tempat, dan sebagai kerangka foto kita untuk jenjang pemotretan berikutnya.

Detail adalah detail foto Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of interest’

Framing adalah framming detail (komposisi) Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam tahap ini. 
Seperti : foto dalam bentuk Horizontal dan Vertikal

Angle adalah sudut pandang Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. Seperti eye engle, low engle dan high engle.


Time adalah waktu Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu prasyarat dasar yang sangat diperlukan dan bisa juga diartikan tamming saat memotret atau bisa disebut diamana kita dapat menentukan moment atau waktu yang tepat untuk memotret.